Minggu, 11 Desember 2011

Ujian, Meningkatkan Skill Bapandai-pandai Generasi Bangsa


     Allright, apa kabar anda saudaraku? Saya ucapkan selamat datang di postingan kali ini yang akan membahas tentang ujian. Hal yang menurut saya paling najong di kalangan penuntut  ilmu di Indonesia. Okeh, check it out…



     Anda sebagai generasi terpelajar tentunya pernah mengalami hal yang namanya ujian. Dan apapun bentuknya, saya yakin anda tidak pernah tidak mencoba memanfaatkan orang lain (baca: nyontek). Nah, hal seperti inilah yang mengkhawatirkan para senior bangsa kita, yang selalu berkata: "Apa jadinya bangsa ini bila generasinya hanya bisa memanfaatkan orang lain?". Ooo, tidak secepat itu hai senior. Saya yakin para senior bangsa yang berkata demikian juga pernah nyontek.

    Yah, pada akhirnya setiap orang pernah bersikap bacod.

     Dan atas dasar kekhawatiran dan cita-cita meningkatkan kualitas pendidikan, para petinggi Indonesia menetapkan peraturan yang membuat ujian semakin lama semakin sulit. Pada UN, contohnya. Sekarang, mari kita lihat perbedaan UN (Ujian Nasional) dahulu dengan sekarang.


Dahulu:
    
     UN hanya terdiri dari satu paket, dengan kata lain tidak ada perbedaan soal. Standar kelulusan minimumnya sangat rendah sehingga walaupun nilai UN-nya ada yang 2,6 tetap bias lulus. Dahulu juga tidak ada kekhawatiran soal lapangan pekerjaan, soalnya Om teman saya yang cuma tamatan SMA bisa kerja di Kaltec (sekarang Chevron).

Sekarang:

     Pada UN 2011 lalu, soal terdiri dari 5 paket A B C D dan E yang tiap hari paketnya di acak sehingga kita tidak akan pernah tau soal paket apa yang akan kita terima besok dan siapa orang yang mendapat paket yang sama dengan kita. Bahkan isu tahun 2012 nati paket soalnya ada 20! Waw, apa anda bisa membayangkan kalau di dalam satu kelas, soal ujiannya pada beda semua?
     Sekarang buat lulus pun syaratnya banyak. Dari nilai sikap yang gak boleh ada yang C, nilai akhir juga termasuk nilai semester 3-5, dan masih banyak lagi syarat ababil lainnya.
     Dan untuk lapangan pekerjaan, kita mesti putar otak. Bagaimana agar kita bisa menonjol di persaingan yang sungguh ketat ini, bagaimana cara belajar efektif yang bisa memacu nilai, serta segudang bagaimana-bagaimana lainnya.


     Nah, kita dapat kata kuncinya: Bagaimana.

     Bagaimana adalah langkah awal kita berpikir untuk mendapatkan suatu hasil. Dengan bagaimana, kita akan memikirkan suatu cara untuk mencapai target yang kita inginkan. Dan dalam tujuan apapun termasuk ujian, kunci dari bagaimana tersebut adalah berpandai-pandai itu sendiri.

     Di tengah ketatnya persaingan zaman ini, kita sepantasnya bersyukur, karena dengan inilah skill bapandai-pandai kita akan tertempa dengan baik. Sehingga, orang-urang yang muncul ke permukaan suatu saat nanti bukanlah orang-orang yang beruntung, melainkan orang-orang yang lahir dari seleksi alam. Seleksi alam yang hanya menyisakan orang yang mampu bapandai-pandai didalam kehidupan.

     Seperti kata guru seni-budaya saya, bapak Yurnalis, “Orang sukses bukanlah orang yang pandai, tapi orang sukses adalah orang yang pandai berpandai-pandai.. ”.

     Jadi, tidak seharusnya kita mengeluh soal ketatnya peraturan pemerintah dalam hal pendidikan saat ini. Karena tanpa kita sadari, dengan ketatnya peraturan ini akan banyak manfaat yang dirasakan bangsa kita, bangsa Indonesia, suatu saat nanti.
Think positive, boys n girls…

7 komentar:

Rio Rivan mengatakan...

pandai na ang yo!
nice,,,,,
berpandai-pandailah !

Akmal R mengatakan...

Mantap Gan!

Fadly Sansan mengatakan...

superr bagus mal!!
anda memang seorang pengamat dan pembicara yang hebatt!!
4 jempol!

Akmal R mengatakan...

Andeh mangaaa lo ko aa...
Heheheheheh

elijhadi mengatakan...

yeah..
positiv thinking..
selalu ada hikmahnyaa.

Akmal R mengatakan...

Iyo bang..
Heheheheh......

tour and travel di surabaya mengatakan...

hadeuh.. kbiasaan bngsa indo itu dah trun temurun yak..

Posting Komentar

 
;